LAKSI Dan Masyarakat Dukung Penuh Penangkapan Kelompok Terorisme Oleh Densus 88 dan BNPT

Karya Jurnalis|Jakarta-Densus 88 bersama BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengukir prestasi dalam menangkap tiga tersangka tindak pidana terorisme (Tipiter) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dua dari tiga tersangka yang ditangkap di Bima, NTB, pada Minggu (19/6) merupakan mantan narapidana terorisme (napiter). 

Dalam keterangan tertulisnya, Koordinator LAKSI Azmi Hidzaqi menyampaikan,”JAD merupakan salah satu dari tujuh kelompok terorisme yang diawasi pemerintah. Oleh karenanya kita patut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada jajaran Kepolisian Republik Indonesia,” ucapnya kepada jaringan media LAKSI.

Melalui Detasemen khusus (Densus) 88 anti teror, peranan densus 88 telah berulang kali berhasil menggagalkan rencana aksi terorisme yang berpotensi membahayakan negara. Densus 88 Polri selalu tampil dan sigap di garda depan dalam melakukan pengawasan dan penindakan terhadap kelompok terorisme, sehingga ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari gerakan kelompok terorisme dan radikalisme dapat di atasi dengan baik.

Keberhasilan kinerja tersebut tak luput dari kemampuan Densus 88 yang semakin profesional dalam bidang terorisme sepanjang tahun 2020, Densus 88 Antiteror Polri telah sukses menangkap sebanyak 118 orang tersangka tindak pidana terorisme dari kelompok ini.

Tak lupa pada tahun 2021 ada 8 orang yang ditangkap dan menurut informasi  kelompok militan ini dilaporkan memiliki keterkaitan dengan peristiwa pengeboman di Surabaya (Jawa Timur) tahun 2018 dan pengeboman di Gereja Makassar (Sulawesi Selatan) tahun 2021.

LAKSI mengajak masyarakat untuk saling bekerja sama dalam mendukung program BNPT dan Densus 88 supaya dapat menumpas terorisme secara masif sampai akar. Himbauan dan sosialisasi dari BNPT dan Densus 88 mesti rutin dilakukan agar masyarakat tetap waspada dengan berbagai upaya pencucian otak melalui media sosial dimana masyarakat tak mudah terpengaruh dengan paham radikal. Dengan demikian, pemahaman masyarakat akan paham tersebut penting dan dapat membantu negara dalam memerangi terorisme di Indonesia.

Azmi Hidzaqi (LAKSI/Lembaga Advokasi Kajian Strategis Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *