Karya jurnalis | Jakarta – Emiten perkebunan sawit, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (‘CSRA” atau “Perseroan”) sepanjang Kuartal I-2023. Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp184,15 miliar atau turun 27,7% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp255 miliar.
“Penurunan pendapatan di Kuartal I-2023 terutama disebabkan oleh harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu,”kata Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis CSRA, Seman Sendjaja dalam Public Expose setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (16/05/2023).
Adapun, Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan tandan buah segar (TBS) sebesar Rp101,48 miliar, penjualan crude palm oil (CPO) sebesar Rp73,49 miliar, dan penjualan kernel sebesar Rp9,18 miliar.
Seman menambahkan, laba usaha perseroan tercatat sebesar Rp46,7 miliar, dengan margin usaha 25,4%, lebih rendah 31 basis poin dari Kuartal I-2022
Sementara itu, produksi TBS tercatat sebesar 67.750 ton atau turun 1,3% dari 68.644 ton tahun sebelumnya.
Selain itu, produksi CPO turun 15,6% menjadi 6.057 ton, dan produksi kernel turun 14,6% menjadi 1.545 ton selama periode yang sama.
Dari sisi aset, total aset perseroan sedikit meningkat dari Rp1.842 miliar pada akhir 2022 menjadi Rp1.835 miliar pada Kuartal I-2023.
Pada Kuartal I-2023, Seman menyampaikan, Perseroan juga mencatatkan penurunan laba kotor sebesar 48,8% menjadi Rp88,28 miliar.
Alhasil, laba bersih perseroan juga turun menjadi Rp23,56 miliar atau turun 77,2% dengan margin bersih 12,8%.
Meski mengalami penurunan kinerja keuangan, Seman menegaskan bahwa operasi perusahaan yang efisien telah meningkatkan kemampuannya untuk merespon perubahan eksternal seperti faktor ekonomi, kemajuan teknologi, iklim politik, dan faktor budaya yang mempengaruhi perusahaan.
Penurunan pendapatan Perseroan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penurunan ASP.
Penurunan ASP disebabkan oleh kondisi ekonomi global, serta persaingan pasar. Faktor lain yang turut menyebabkan turunnya kinerja perusahaan antara lain lemahnya pasar minyak sawit global.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Perseroan menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan kinerjanya di masa mendatang.
Perseroan berfokus pada peningkatan efisiensi operasional untuk mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas.
Selain itu, Perseroan sedang menjajaki pasar baru dan mengembangkan produk baru untuk memperluas basis pelanggannya.
Disisi lain, Perseroan berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan proses produksi dan meningkatkan kualitas produknya.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit, Perseroan optimis menatap masa depan.
“Perseroan optimis strategi jangka panjangnya akan mampu mengatasi tantangan saat ini dan terus tumbuh di masa depan.
Komitmen Perseroan terhadap praktik berkelanjutan dan perilaku bisnis yang beretika juga diharapkan dapat berkontribusi pada kesuksesan jangka panjangnya,”pungkasnya.