PAPUA, KARYAJURNALIS – Menyikapi kesalahpahaman yang dilakukan dua oknum prajurit POM AU Lanud J.A Dimara Merauke Papua, pada 27 Juli 2021, terhadap seorang pemuda yang berlatar belakang mental (bisu), menuai kecaman dari berbagai pihak.
Juru bicara DPP PRIMA, Arkilaus Baho turut mengecam tindakan oknum tersebut. Tindakan tersebut bukan hal baru. Kerap, oknum aparat memperlakukan secara kasar bila menangani kesalahpahaman yang terjadi di depan mereka.
Sikap tak senonoh tersebut, menurut Arkilaus yang juga itens memantau situasi di negerinya itu, menandakan bahwa selama bertugas di bumi Papua, tak ada pembinaan atasan terkait anak buahnya dalam merespon atau melerai kesalahpahaman yang terjadi, pungkas Arki
*Daur Ulang keberadaan aparat yang bertuga di Bumi Papua*
Untuk itu, Arkilaus mengatakan, pemerintah mesti “daur ulang” setiap aparat baik TNI maupun Polri yang bertugas di Papua maupun Papua Barat. Pada lingkup mana aparat bersikap sebagai pelindung masyarakat berbeda dengan medan perang atau tempur.
Pasalnya, Arki mengatakan, insiden yang melibatkan dua anggota Lanud di Merauke tersebut terjadi di warung padang. Dimana warung tersebut milik orang tua dari seorang prajurit.
Arkilaus Baho menduga, peristiwa di Merauke bukan hal baru. Sebelumnya, Moses Yewen, warga Tambrauw Papua Barat, dianiaya oleh dua oknum satgas pada jumat 9 April 2021 di warung makan milik Danramil Fef, tak jauh dari pos satgas TNI Pamrahwan. Akibatnya, korban mengalami luka lecet di sekujur tubuh akibat diseret dan akhirnya meninggal dua minggu kemudian setelah menjalani perawatan.
*Mesti ada Protap dan pembinaan yang jelas*
Protap penanganan kesalahpahaman mesti digencarkan oleh pihak aparat sendiri bahkan melibatkan komisi nasional hak asasi manusia, tegas juru bicara Partai Rakyat Adil Makmur asal Papua.
“para pihak jangan menunggu terjadi masalah lalu bergerak menghukum prajuritnya tapi mencegah sejak dini melalui SOP yang baku” dan pembinaan yang rutin dari atasan, tegas Arki
Arkilaus menuturkan, publik sering nonton tayangan patroli yang kerap tayang di berbagai media televisi. Ada yang namanya the police, tim Eagle One, Tim Bravo, dan segala macam nama. Menurutnya, cara aparat mengejar dan mengamankan para preman, pemabuk, pemalak truk dan bus, tanpa kekerasan. Lebih banyak dialog dan tindakan preventif yang digunakan. Jarang sekali ada orang mabuk diborgol, kecuali buronan polisi. Mengapa perlakuan semacam itu tidak dilakukan sama di Papua?