k
PADANG—Peneliti ABC Riset & Consulting (Arah Baru Center), Erizal, meragukan hasil survei Poltracking pada Pilkada Sumbar 2020. Hasil yang ia ragukan ialah elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni.
“Saya percaya urutan elektabilitas hasil survei itu: pertama Mulyadi-Ali Mukhni, kedua Nasrul Abit-Indra Catri, ketiga Mahyeldi-Audy, keempat Fakhrizal-Genius Umar. Tapi, saya tidak percaya angkanya setinggi itu,” ujar Erizal saat dihubungi di Padang, Selasa (3/11).
Berdasarkan hasil survei Poltracking yang diumumkan pada Selasa (3/11) di Grand Inna Hotel Padang, elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni 49,5 persen, Nasrul Abit-Indra Catri 21,3 persen, Mahyeldi-Audy 17,1 persen, dan Fakhrizal-Genius Umar 6,2 persen. Lembaga tersebut menggelar survei pada 19—23 Oktober 2020. Metodenya _stratified multistage random sampling_. Jumlah sampelnya 1.200 responden. _Margin of error_ survei ini kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Erizal memiliki beberapa alasan untuk meragukan hasil survei itu. Pertama, berdasarkan hasil survei Poltracking itu, 3,7 persen masyarakat Sumbar yang belum punya pilihan. Menurutnya, angka itu terlalu kecil karena masih banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan. Meski tidak bisa memastikan jumlah angkanya, ia menilai bahwa angka masyarakat yang belum menentukan pilihan lebih dari 3,7 persen.
“Kalau angkanya 3,7 persen, seakan-akan hampir semua masyarakat sudah menentukan pilihan. Padahal, bila kita lihat di lapangan masih banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan,” tuturnya.
Alasan kedua Erizal ialah mustahil elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni 49,5 persen. Ia membandingkan angka elektabilitas itu dengan angka kemenangan Gamawan Fauzi pada Pilkada Sumbar 2005.
“Gamawan Fauzi saja, yang namanya begitu harum bagi masyarakat Sumbar, menang Pilkada Sumbar hanya 42 persen. Mulyadi ini siapa? Tidak mungkin elektabilitasnya setinggi itu. Bagi saya, elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni sekitar 30 persen, Nasrul Abit-Indra Catri di atas 20 persen, begitu juga dengan Mahyeldi-Audy,” ucapnya.
Ia melihat di lapangan bahwa Pilkada Sumbar sangat dinamis. Dengan kata lain, elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni, Nasrul Abit-Indra Catri, dan Mahyeldi-Audy tidak berbeda jauh.
“Pilkada Sumbar kali ini sangat dinamis. Persaingan sangat ketat,” katanya.
Alasan ketiga Erizal ialah tingkat popularitas Nasrul Abit yang terlalu jauh dengan elektabilitasnya. Berdasarkan hasil survei Poltracking, popularitas Nasrul Abit 85,5 persen, Mulyadi 82,5 persen, Mahyeldi 81,3 persen, dan Fakhrizal 53,4 persen.
“Itu mustahil. Apa kesalahan Nasrul Abit terhadap Sumbar sehingga popularitasnya tinggi, sedangkan elektabilitasnya rendah? Poltracking sedang ingin menjatuhkan Nasrul Abit dengan mengatakan bahwa ia paling banyak dikenal, tapi tak banyak dipilih,” ujarnya.