Karya jurnalis, Jakarta | – Pada tahun 2030 populasi dunia diproyeksikan bertambah 1.3 milyar hingga mencapai 8.3 milyar, dan disaat yang sama, total GDP dunia akan mencapai dua kali lipat dibanding tahun 2011. Tingkat konsumsi energi dunia rata-rata akan tumbuh 1.6% per tahun, sehingga akan bertambah hingga 36% pada tahun 2030.
Dalam hal ini, penyediaan sumber energi yang mencukupi dan terjangkau merupakan keharusan untuk menyokong pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 2012 Sekjen PBB telah meluncurkan inisiatif Sustainable Energy for All (SE4All) dan menetapkan tahun 2014-2024 sebagai UN Decade for Sustainable Energy for All.
Pertemuan terakhir adalah the 4th Sustainable Energy for All (SEforALL) Forum dengan tema “Leave No One Behind” yang diselenggarakan di Lisabon, Portugal, pada tanggal 2-3 Mei 2018.
Forum ini fokus terhadap pencapaian target dari Goal 7 – Ensure access to affordable, reliable, sustainable and modern energy for all, dengan 3 target spesifik:
1. Akses universal terhadap listrik dan bahan bakar dan teknologi bersih untuk memasak.
2. Meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi dunia; dan
3. Menggandakan laju peningkatan efisiensi energi dunia. Indonesia juga memiliki potensi pengembangan energi terbarukan, khususnya tenaga angin, yang cukup besar, terutama di kawasan pesisir yang mencapai 950 MW.
Pengembangan ini dapat menunjang tujuan untuk meningkatkan efisiensi energi secara nasional.
Saat ini, sedang dibangun pembangkit listrik tenaga angin yang kapasitasnya dapat mencapai 120 MW yang berada di Yogyakarta (PLTB Samas) dan Sulawesi Selatan (PLTB Sidrap).
Turut hadir dalam kegiatan ini, para narasumber: Soni Fahruri, S.T., M.T, Dirut Eksekutif CENITS; Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc Dirjen EBTKE Kementerian ESDM; Erika Retnowati, A.K., M.SI Ketua Komite BPH Migas; dan Dr. Ir. Musri, M.T, Anggota Dewan Energi Nasional.
“Kegiatan yang dilakukan oleh pengurus besar HMI itu hal yang sangat positif dengan menggelar Indonesian Leadership Of Business And Energy Forum (ILBEF) dengan tema “Tata Kelola Energi Menuju Net Zero Emission”, tema yang sangat penting untuk kita bahas sekarang ini terutama oleh kalangan generasi muda, karena ini adalah program jangka panjang sebagaimana kita ketahui kalau transisi energi itu sampai dengan tahun 2060, untuk bisa kita capai dan untuk bisa sampai ke sana banyak sekali tantangan yang harus kita hadapi,” kata Soni Fahruri, S.T., M.T, Dirut Eksekutif CENITS kepada media karya jurnalis.com di Jakarta, Senin (17/10).
Menurut Soni, Ada tiga hal yang harus di perhatikan, SDM yang unggul dalam menyediakan energi dan kompetitif, penguasaan teknologi baik itu energi terbarukan maupun energi fosil dan kalau dimungkinkan industrinya harus berada di negara kita sehingga kemandirian energi bisa kita capai.
“Dan yang terpenting, Ketiga hal tersebut diatas bisa dijalankan dengan baik maka Insya allah saya optimis ke depan generasi kita akan gemilang akan bisa menjadi generasi emas yang memang benar-benar bisa memegang peranan penting bagi pertarungan di masyarakat global bukan hanya di Indonesia,”pungkasnya.