Karyajurnalis | Kabupaten Timor Tengah Selatan
Desa Bena, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk desa terdampak bencana badai siklon tropis seroja.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengunjungi sekitar 262 perempuan dan 154 anak di Desa Bena yang menjadi korban penyintas. Kedatangannya, untuk memastikan perempuan dan anak dapat segera pulih dan bangkit dari kondisi bencana.
“Saya menyampaikan rasa prihatin yang mendalam, atas terjadinya bencana di daerah ini. Kami datang bersama jajaran dari Kemen PPPA dan Kemenko PMK, disamping ingin berbagi, kami juga ingin menggali apa saja yang dapat dilakukan kedepannya, agar masyarakat, khususnya perempuan dan anak dapat kembali pulih dan bangkit dari musibah.” ucap Menteri PPPA
“Kami berharap, warga dapat kembali bangkit dan pulih, bergerak bersama-sama dan bergotong royong. Kami juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya, atas komitmen pemerintah Kabupaten TTS, khususnya kepada Bapak Bupati atas inisiatifnya bersama masing-masing OPD, untuk membangun kembali rumah para penduduk yang terdampak bencana. Apresiasi juga saya sampaikan kepada Dinas PPPA Provinsi NTT dan Kabupaten TTS yang sangat peduli terhadap perlindungan perempuan dan anak, terutama dalam situasi bencana.” ungkap Bintang dalam kunjungannya ke Desa Bena, Kabupaten TTS, Provinsi NTT, Selasa (04/05/2021).
Pada kesempatan ini, Bintang meresmikan salah satu rumah bantuan bagi penyintas bencana di Desa Bena, yang dibangun oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas PPPA Kabupaten TTS. Selain itu, bersama perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Bintang menyerahkan paket pemenuhan kebutuhan, spesifik bagi perempuan dan anak yang terdampak bencana dalam rangka mempercepat pemulihan dini fase transisi darurat menuju pemulihan bencana di Provinsi NTT.
Menteri PPPA melakukan dialog bersama masyarakat terdampak bencana di Desa Bena, dengan antusias warga setempat. Salah satu warga, Marten mengungkapkan, bencana banjir yang melanda wilayahnya telah menimbulkan berbagai permasalahan baru, harus dihadapi seluruh penduduk di Desa Bena. Banyak warga kehilangan tempat tinggal, karena kondisi rumah tidak lagi layak dihuni, kehilangan mata pencaharian, karena rusaknya lahan pertanian dan hilangnya hewan-hewan ternak. Sekolah dan posyandu di desa tersebut belum berfungsi normal.
Salah satu ibu hamil mengeluhkan layanan posyandu yang belum berfungsi, serta jauhnya akses ke layanan puskesmas, dengan jarak hingga 8 kilometer. Ini seringkali menjadi kendala, bagi ibu hamil di Desa Bane dalam mendapatkan layanan kesehatan yang tepat dan aman saat melahirkan.
Persoalan lain, mencuat dalam dialog tersebut yaitu, masih terbatasnya fasilitas belajar bagi anak. Tidak adanya buku pendidikan yang layak, belum tersedianya alat tulis, pagar dan lantai keramik di sekolah dan tempat bermain yang ramah anak, tingginya angka stunting, angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami perempuan, hingga tingginya angka kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten TTS.
Sementara itu, Perwakilan Forum Anak Provinsi NTT sekaligus Dewan Anak Kabupaten TTS, Ishak mengungkapkan, pentingnya pemberian kesempatan bagi anak untuk menyuarakan aspirasinya dalam musrenbang.
“Kami dari Forum Anak juga berharap, dapat diberikan akses untuk turun langsung ke desa-desa agar bisa mendengarkan suara teman-teman, sehingga suara kami sebagai anak Kabupaten TTS dapat terarah dan jelas dalam membantu pemerintah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di wilayah kami.” ungkap Ishak.
Menanggapi persoalan tersebut, Bintang kembali menekankan pentingnya kerjasama dan sinergi dari seluruh pihak dalam menangani permasalahan yang dihadapi. Bintang juga menegaskan, pentingnya memberdayakan perempuan dalam pertahanan ekonomi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali potensi kaum perempuan, melalui pemberian berbagai pelatihan, khususnya di bidang kewirausahaan.
Lebih lanjut Bintang berpesan, kepada kaum laki-laki, khususnya para suami di Kabupaten TTS, agat ikut serta mendukung pemberdayaan perempuan, tidak hanya di ranah domestik, tetapi juga di ranah publik.
“Semua tidak terlepas dari dukungan kaum laki-laki, khususnya di Kabupaten TTS ini. Jika kita dapat bersinergi, tidak ada istilah tidak mungkin dan tidak bisa. Mari kita bersinergi, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam mengedukasi masyarakat, demi mewujudkan perempuan berdaya, anak terlindungi, hak-hak anak bisa terpenuhi, Indonesia Maju.” tutup Bintang.**
(Michael)