KARYAJURNALIS.COM ]] BANDUNG –Konflik dan peperangan Negara Palestina dan Israel yang memanas sejak bulan lalu adalah konflik berulang sejak puluhan tahun ke belakang. Serangan Hamas pada Israel 7 Oktober di wilayah Selatan Jalur Gaza lalu tentunya bukanlah awal mula dari perang, namun merupakan rantai dari ketegangan politik yang telah dimulai sejak bertahun-tahun lalu.
Beberapa aspek yang mempengaruhi peperangan Negara Palestina dengan kelompok Israel juga dipicu oleh aliansi regional maupun internasional. Konflik Palestina tentunya tidak bisa kita lepaskan dari pengaruh dan posisi aliansi. Hal ini juga disebabkan faktor geopoltik jalur Gaza yang merupakan wilayah strategis dengan akses jalur air utama.
Israel yang mendapatkan dukungan kuat dari Amerika dan beberapa negara Barat, dan Hamas yang mendapat dukungan dari negara timur tengah seperti Iran dan Turki tentunya menjadi aspek tersendiri dalam politik internasional. Namun dibalik aspek-aspek ekonomi politik, kemanusiaan adalah hal yang paling penting untuk dijaga. Serangan kelompok militer Israel sudah terlalu banyak merenggut nyawa rakyat Palestina di jalur Gaza.
Hingga Jumat (3/11) kemarin, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa korban tewas Palestina akibat serang militer Israel di jalur Gaza mencapai 9.227 orang sejak 7 Oktober lalu. Korban tewas itu termasuk di antaranya 3.826 anak-anak dan 2.405 perempuan. Hal ini tentunya menjadi tragedi kemanusiaan yang tidak bisa ditutup-tutupi oleh dunia.
Indonesia telah lama mendukung kemerdekaan Palestina dan menjalankan kebijakan luar negeri yang pro-Palestina. Keterlibatan Indonesia dalam upaya pembebasan Palestina mencerminkan komitmen kuat terhadap prinsip-prinsip perdamaian, keadilan, dan hak asasi manusia (HAM). Pada 1988, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang secara resmi mengakui Negara Palestina.
Selain dukungan diplomasi, Indonesia secara aktif memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina, termasuk bantuan finansial, pangan, dan obat-obatan. Indonesia juga berpartisipasi di forum-forum internasional, seperti PBB, OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), dan Gerakan Non-Blok, untuk mendukung upaya pembebasan Palestina. Indonesia telah mendukung resolusi PBB yang mengutuk tindakan Israel di wilayah pendudukan Palestina dan mengadvokasi penyelesaian dua negara yang adil dan berkelanjutan.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah salah satu organisasi mahasiswa yang telah berperan dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks perjuangan politik dan sosial. Sejak didirikan pada tahun 1947, HMI telah membina kader-kader yang siap memegang peran penting dalam berbagai sektor pembangunan di Indonesia.
Selain itu, HMI juga telah berperan dalam pengembangan pemikiran Islam dan pandangan politik di Indonesia. Organisasi ini telah mendorong dialog antara Islam dan modernitas serta mendorong pemikiran yang inklusif.
Diketahui bahwa HMI akan melaksanakan kongresnya yang ke-32 dalam waktu dekat ini di Pontianak, Kalimantan Barat.
Firman Nasution, Ketua Umum Badan Koordinasi Mahasiswa Islam (Badko HMI Jawa Barat) menyampaikan bahwa dalam melihat perjuangan rakyat Palestina, HMI harus lantang menegaskan sikap.
“Kita jelas mendukung pembebasan rakyat dan kemerdekaan Negara Palestina. Juga mengutuk keras tindakan Israel yang membombardir fasilitas Kesehatan di jalur Gaza serta banyak anak-anak disana yang menjadi korban jiwa. Sesuai amanat landasan konstitusi, segala bentuk penjajahan harus dihilangkan di dunia dan HMI harus tegas bersikap,” ucap Firman dalam keterangannya (5/11).
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa dalam momentum Kongres HMI yang ke-32, kongres nasional tersebut harus bisa menjadi forum yang mendorong konsolidasi mahasiswa dan pemuda Islam dunia untuk pembebasan rakyat Palestina.
“Atas dasar ini saya rasa dalam momentum Kongres HMI nanti di Pontianak, kita perlu menyerukan konsolidasi Mahasiswa dan Pemuda Islam Sedunia untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina,” tegas Firman.
Menurut Firman, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh kader HMI dalam membantu kemerdekaan Palestina. Bisa berupa bantuan kemanusiaan secara materil ataupun pelaksanaan diplomasi rakyat dengan melibatkan organisasi masyarakat sipil, termasuk LSM, aktivis, dan kelompok agama, agar turut berperan dalam mendukung Palestina secara nasional.
Juga berperan aktif menggalang dukungan internasional, dan meningkatkan kesadaran dunia tentang konflik ini. Kampanye sosial media juga termasuk bagian dari pada keberpihakan. Sehingga menurut Firman, menghadapi kongres HMI di Pontianak, kader-kader harus bisa mendorong konsolidasi pemuda dan mahasiswa Islam sedunia sesegera mungkin. (**)