Karya jurnalis, Jakarta | – Dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadhan, Warunk WOW KWB menggelar Universitas Ramadhan di Warunk WOW KWB Jakarta Selatan dengan Kuliah Tujuh Menit (KULTUM), setiap hari menjelang shalat tarawih di bulan suci Ramadhan dengan menjadwalkan ustadz-ustadz di sekitar Warunk WOW KWB Jakarta. Minggu (03/04).
Kultum Ramadhan kali ini diawali oleh Ust H.Moch Amin Nasri Lc dengan tema “Universitas Ramadhan”.
Mengawali kultumnya, beliau menyampaikan, Kita wajib lulus Universitas Ramadhan, kalau kita ingin menjadi mahasiswa dan mahasiswi Ramadhan yang berhasil dan lulus dengan predikat yang tinggi, maka kita harus memperhatikan kurikulum yang pertama yaitu mampu melatih mahasiswa dan mahasiswinya menjadi manusia yang ikhlas.
Bagaimana Ramadhan melatih mahasiswa dan mahasiswinya, menggembleng manusia menjadi manusia yang ikhlas.
Coba kita perhatikan. Apa maksud Allah melarang kita mengonsumsi dan meminum apa saja yang semula di luar Ramadhan ini halal tapi di dalam bulan Ramadhan menjadi haram.
Apa maksudnya? Karena semua itu melatih kita menjadi orang yang ikhlas.
Dalam arti ikhlas bagaimana puasa ini menahan lapar dan dahaga dan juga melekat emosi karena niat saya, karena Allah subhanahu wa taala bukan karena manusia, bukan karena yang lainnya.
Oleh karena itu, puasa ini yang kita lakukan adalah puasa ibadah yang tidak ada tandingannya. Puasa ibadah yang tidak bisa terkontaminasi dengan penyakit riya.
Lain halnya dengan ibadah kita yang lain. Kalau sholat bisa kita skenariokan. Zakat bisa juga kita skenariokan. Misalnya kita melakukan sholat, sholat ini bisa terkontaminasi dengan riya.
Di depan mertua supaya dilihat sholatnya bagus dan istimewa.Yang dibaca surat yasin. Kenapa demikian? Oh! karena di depan mertua supaya dilihat sholatnya bagus dan istimewa.
Tapi kalau puasa sekarang ini saya tanya sama bapak ibu semua apakah ibu sekarang ini puasa? Puasa tidak? Kalau puasa bicara harus ada bukti.
Jaman sekarang bicara harus ada bukti, mana bukti bapak ibu puasa sekarang ini?Kenapa demikian? Karena kita tidak minta penilaian dari Allah, tapi sebaliknya, kita minta penilaian dari manusia, ini tidak ada habis-habisnya.
Penilaian manusia itu sifatnya objektif. Menurut seleranya masing-masing, menurut saya orang ini ganteng tapi menurut teman tidak.
Menurut saya perempuan ini cantik tapi menurut teman saya ah biasa-biasa saja. Relatif sifatnya.
Tapi kalau Allah sudah mengatakan bagus ya bagus. Makanya dalam beribadah kita hanya minta penilaian dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Jangan sekali-kali mengharap penilaian orang, apalagi yang sudah ada maksud tertentu, itu tidak akan ada habis-habisnya.
Ketika kita berpenampilan, kita baca “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka baguskanlah pula akhlakku”, (HR.Bazzar).
Maka pasrah kepada Allah subhanahu wa taala, insyaallah yang lain akan menilai. Kalau Allah nilai kita bagus, semua makhluk akan nilai kita bagus. Insya allah.